TRI HARI PASKAH
(Triduum Paschale)
Sebelum memasuki masa Trihari Paskah Gereja
menjalani suatu masa tobat dan puasa yang disebut dengan Masa
Pra-paskah
(Tempus Quadragesimae). Masa Prapaskah diawali pada perayaan Rabu Abu dan
berakhir pada perayaan Kamis Putih. Pada hari-hari terakhir Masa Prapaskah dan
menjelang Trihari Paskah terdapat suatu masa yang cukup penting, yakni Pekan
Suci (Hebdomada Sancta). Pekan Suci
diawali dengan Misa Pengenangan Sengsara Tuhan pada perayaan Minggu Palma atau
Minggu Sengsara. Kamis Putih menjelang Misa Perjamuan [Malam] Tuhan sekaligus merupakan akhir Masa Prapaskah dan Pekan
Suci.
Selama
Trihari Paskah Gereja merayakan misteri-misteri terbesar karya penebusan. Perayaan Trihari Paskah merupakan puncak
Tahun Liturgi. Rangkaian Trihari Paskah itu dimulai dengan Misa Perjamuan
Tuhan pada Kamis Putih sore dan ber-akhir dengan
Ibadat Sore II Hari Minggu Paskah. Saat-saat itu Gereja mengenangkan peristiwa
penyaliban (sengsara), pema-kaman (wafat),
dan kebangkitan Kristus. Ada satu garis ritual yang utuh: awal, puncak, dan
penutup.
KAMIS PUTIH
Mengenangkan Perjamuan Tuhan
1. Makna
Pada Hari Kamis Putih kita mengenangkan perjamuan Paskah yang
dilakukan Yesus bersama para murid-Nya. Gereja memandang saat ini sebagai saat
/ hari penetapan ekaristi oleh Yesus sendiri. Dengan kata lain, Hari Kamis
Putih adalah “hari ulang tahun Ekaristi.” Pada hari inilah kita kenangkan Yesus
yang menyerahkan Tubuh dan Darah-Nya sebagai “makanan” dan minuman bagi kita, yang akan membawa
kita kelak pada perjamuan abadi di surga.
Pada hari ini juga kita kenangkan tindakan nyata Yesus yang
memberikan teladan bagaimana seharusnya kita melayani sesama kita. Teladan
nyata itu adalah tindakan-Nya membasuh kaki para murid. Ia juga memberi
perintah baru kepada kita untuk saling mengasihi sesama bahkan mereka yang kita
pandang sebagai musuh.
Kamis Putih juga merupakan “hari rekonsiliasi.” Pada hari ini
Gereja juga menyambut mereka yang bertobat untuk kembali berdamai kepada Allah
dan jemaat. Maka,
pada Kamis Putih pagi hari masih boleh diadakan Sakramen
Rekonsiliasi / Tobat / Pengakuan
dosa, namun sebaiknya sakramen ini sudah tidak diadakan lagi selama Trihari
Paskah, meskipun tidak dilarang.
Dalam tradisi Gereja, pada Kamis Putih pagi diadakan Misa
Krisma, yakni Misa Pemberkatan minyak suci (Minyak Krisma, Minyak Katekumen,
dan Minyak Pengurapan Orang Sakit). Pada Misa Krisma ini para imam sekaligus juga memba-harui janji imamatnya. Karena alasan
pastoral (supaya semua imam se-keuskupan bisa berkumpul dan bisa
merayakan Tri Hari Paskah di paroki masing-masing) perayaan Misa Krisma dapat dipindah
pada hari-hari sebelumnya.
2. Ketentuan Liturgis
- Misa Kamis
Putih dirayakan sore hari, sesuai dengan keadaan setempat agar seluruh umat
dapat hadir sepe-nuhnya; namun jika amat mendesak Uskup setempat dapat
mengijinkan diadakan pada pagi hari bagi umat yang memang sungguh tidak mungkin
hadir pada sore hari.
- Misa untuk
kepentingan pribadi atau kelompok, dan juga misa tanpa kehadiran umat (misa
pribadi) tidak boleh diadakan.
- Warna
liturgi: putih, kuning, atau emas.
- Sebelum
Misa, jika ada tabernakel di tempat yang akan dipakai untuk Misa, tabernakel
itu harus sudah diko-songkan. Hendaknya hosti kudus benar-benar sudah diha-biskan
pada ekaristi sebelum ekaristi Kamis Putih ini.
- Hosti-hosti
baru disediakan untuk diberkati (dikonsekrasi) dan disantap pada Misa itu, sekaligus
juga untuk komuni pada Ibadat Jumat Agung esoknya.
- Sakramen
Mahakudus hanya boleh disimpan dalam taber-nakel atau piksis atau sibori,
janganlah sekali-kali dalam monstrans (termasuk ketika dibawa dalam perarakan).
- Tempat
menyimpan Sakramen Mahakudus itu haruslah dihiasi secara sederhana (tidak
berlebihan) untuk keperluan adorasi dan meditasi; namun jangan berupa /
menyerupai kubur / makam, karena tempat itu semata-mata hanya untuk “menyimpan”
Sakramen Mahakudus, bukan untuk “mengenangkan” pemakaman Tuhan.
- Seusai
Misa dilanjutkan dengan adorasi kepada Sakramen Mahakudus, namun setelah jam
24.00 jangan ada lagi kemeriahan lahiriah dalam beradorasi kepada Sakramen
Mahakudus, karena hari kesengsaraan Tuhan sudah dimulai. Artinya penghormatan
Sakramen Mahakudus setelah pkl. 24.00 cukup dengan keheningan.
- Pemindahan
Sakramen Mahakudus tidak perlu diadakan jika Ibadat Pengenangan Sengsara Tuhan
(Jumat Agung) tidak akan diadakan di tempat yang sama.
- Setelah
Misa hendaknya setiap salib di dalam gereja dise-lubungi kain merah atau ungu,
kecuali bila sudah diselu-bungi sebelumnya (sejak awal Masa Pra-paskah/ Rabu
Abu atau sejak hari Sabtu sebelum Minggu Prapaskah V); di depan patung-patung
orang kudus juga tidak boleh dinya-lakan lampu / lilin.
3. Susunan Liturgi
- Ritus Pembuka: (seperti
biasa: Perarakan, Tanda Salib-Salam, Pengantar, Ritus Tobat, Kemuliaan, Doa
Pembuka)
- Liturgi Sabda: Bacaan I,
Mazmur Tanggapan, Bacaan II, Bait pengantar Injil, Pewartaan Injil, Homili,
Ritus Pembasuhan kaki, Doa Umat
- Liturgi Ekaristi. Dilaksanakan
seperti biasa, diawali dari persiapan persembahan hingga doa sesudah komuni.
- Perarakan Sakramen Mahakudus. Imam
memakai velum, lalu Sakramen Mahakudus diarak untuk dipindahkan di tempat lain
yang sudah disediakan. Sebisa mungkin tempat ini di luar gereja yang dipakai
untuk perayaan misa ini.
- Adorasi dan meditasi di hadapan Sakramen Mahakudus.
4. Bacaan Kitab Suci
- Bacaan I : Keluaran 12:1-8,
11-14; aturan perjamuan Paskah Yahudi.
- Bacaan II : 1 Korintus
11:23-26; lewat makan roti dan minum dalam perjamuan kudus, kita mewartakan
wafat Tuhan.
- Bacaan Injil : Yohanes 13:1-15;
Yesus membasuh kaki para rasul dan perintah untuk saling mencintai dan
melayani.
5. Unsur Khas
- Selama Madah
Kemuliaan dinyanyikan lonceng gereja boleh dibunyikan sejauh tidak mengganggu
keindahan lagu itu sendiri. Setelah itu lonceng dan alat musik baru akan
dibunyikan lagi pada saat Madah Kemuliaan perayaan Malam Paskah. Alat musik
boleh dibunyikan hanya sejauh untuk membantu nyanyian saja.
- Sesudah
homili ada ritus pembasuhan kaki keduabelas wakil umat (biasa disebut ritus Mandatum), simbol pela-yanan dan cinta
kasih Yesus Kristus. Keduabelas rasul itu dipilih dari umat dan hanya kaum pria
saja.
- Kolekte,
derma-derma untuk orang miskin, atau hasil APP (Aksi Puasa Pembangunan) dapat
diantar ke altar pada saat persiapan persembahan, mengiringi persembahan roti
dan anggur.
- Setelah
Doa Sesudah Komuni diadakan pemindahan Sakramen Mahakudus dalam sibori (bukan
monstrans!) yang dibawa oleh Imam. Perarakan Sakramen Mahakudus ini diiringi
lagu (misalnya: Tantum Ergo, Pange Lingua)
dan diselingi penyembahan-penyembahan (berlutut) oleh umat yang ditandai bunyi kayu
(Jawa=Klothokan, keprak, bukan suara
logam, mis: lonceng).
- Setelah
sakramen mahakudus ditempatkan, tidak ada berkat dan pengutusan. Imam dibantu
para petugas kemu-dian menanggalkan kain-kain altar dan semua rangkaian bunga
di panti imam.
- Umat
dianjurkan untuk bersembah sujud, berdoa, dan merenung (Injil Yohanes 13-17) di
depan Sakramen Mahakudus, baik secara pribadi maupun dalam kelompok, entah
secara bersama atau bergantian. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.