“MENYANTAP” SABDA TUHAN
Minggu lalu telah
diuraikan tentang Lectio Divina dan langkah-langkahnya. Guigo II, seorang rahib
abad XII, memban-dingngkan langkah-langkah itu dengan proses kita makan. Lectio
bagaikan langkah tangan kita memasukan makanan ke dalam mulut. Meditatio
bagaikan kita mengunyah & melumat makanan itu. Oratio mengecap rasanya; contemplatio
adalah rasa dari makanan. Berikut ini penjelasan singkat bagaimana kita
“menyantap” Sabda Tuhan itu agar kita bisa “mengunyah”-nya, sehingga nantinya
kita bisa menemukan rasanya dan Sabda Tuhan itu berdaya guna bagi diri kita.
Lectio
“Mengertikah Tuan apa
yang Tuan baca?” (Kis 8:30). Untuk “mengerti” itulah tujuan kita dalam langkah Lectio.
Lectio yang berarti membaca bukan sekedar membaca tulisan mati, melainkan juga
membuka seluruh diri kita terhadap Sabda Tuhan. Kita membiarkan Kristus, Sang
Sabda, untuk berbicara kepada kita, dan menguatkan kita, sebab maksud kita
membaca bukan sekedar untuk pengetahuan tetapi untuk perubahan dan perbaikan
diri kita. Sadarilah bahwa ayat-ayat tersebut sungguh ditujukan Tuhan kepada
kita.
Dalam lectio, membaca
berarti juga “mendengarkan” (bdk. Luk 8:18). Kita membaca bukan hanya dengan
mulut dan akal, tapi dengan cara demikian kita hendak mendengarkan suara Tuhan.
Maka hindari untuk “menemukan” ayat atau kata-kata yang paling “menyentuh” atau
paling “berkesan.” Hal itu kadang-kala tergantung situasi batin kita. Lalu
bagaimana?