SELAMAT HARI RAYA PASKAH 2016

Minggu, 05 Mei 2013

RENUNGAN DAN DOA PERISTIWA ROSARIO-2



PERISTIWA SEDIH

1.   Yesus berdoa kepada Bapa-Nya di surga dalam sakratul maut (Luk 22:42).


"Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."

Renungan :

Perang batin dalam diri Yesus berkecamuk ketika harus memilih antara mencari enak dan aman atau menaati kehendak Bapa-Nya. Tawar menawar antara keinginan sendiri dan menuruti kehendak orang yang mencintai dan dicintai-Nya.

“Tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Inilah tanda dan bukti kesetiaan, dan ketaatan seorang Putra kepada Bapa-Nya. Yesus memilih mengurbankan Diri-Nya demi keselamatan manusia. Demi pulihnya hubungan antara Allah dan manusia yang telah diretas oleh kuasa dosa Adam. Sebagai Adam Baru Yesus sungguh-sungguh menam-pakkan dan mewujudkan apa yang dikehendaki Allah. 


Bagaimanakah saya hadapi kesulitan, kesusahan dan penderitaan sehari-hari yang saya jumpai? Apakah saya berani berdoa sepertti doa Yesus, “tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”

Ya Allah, Putera-Mu telah memperoleh bagi kami ganjaran kehidupan kekal melalui hidup, wafat dan kebangkitan-Nya. Kami mohon, agar dengan merenungkan misteri Rosario Suci Santa Perawan Maria, kami dapat menghayati maknanya dan memperoleh apa yang dijanjikan. Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.


2.   Yesus didera (Yoh 19: 1).

Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia.

Renungan:

Tindakan Pilatus ini adalah tindakan pemimpin yang takut kehilangan jabatan, kuasa, lalu mencari kambing hitam agar nampak bahwa ia masih berwibawa. Ambisi, sifat rakus, dan mau menang sendiri membawa kurban bagi orang yang tak bersalah, inilah sikap dan perbuatan gega-bah dan bodoh, melawan keadilan. Inilah gambaran kita yang seringkali mencari keuntungan, enak sendiri dengan mengorbankan orang lain.

Siapakah saya; Pilatus atau Yesus? Kita ingin menjadi murid Yesus tetapi seringkali kita bertindak seperti Pilatus.

Ya Yesus, detik-detik hidup-Mu di dunia menunjukkan betapa beratnya dosa manusia yang harus Kau tebus. Kau dihina, dihindari orang, tak diperhi-tungkan, sengsara, tertikam, diremukan oleh dera, bagaikan domba yang tak membuka mulutnya ketika dibawa ke pembantaian; padahal, semuanya itu karena kedurhakaan kami. Namun bilur-bilur luka-Mu menyembuhkah kami (bdk. Yes 53:2-7).

Kami berterimakasih kepada-Mu dan mohon kuatkanlah kami bilamana harus memikul salib penderitaan akibat kejahatan orang. Perkenankanlah kami untuk mengampuni dan bahkan mendoakan mereka serta menyadari kesa-tuan kami dengan Dikau, penebus kami. Amin.


3. Yesus dimahkotai duri (Yoh 19: 2-3).

Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata: “Salam, hai raja orang Yahudi!” Lalu mereka menampar muka-Nya.

Renungan:

Prajurit adalah suruhan para perwira atau atasan. Tugas prajurit adalah menjalankan perintah atasan tanpa berpikir, tanpa kesempatan menilai buruk atau baik, salah atau benar. Dalam situasi inilah mereka melam-piaskan perasaan, nalar, keinginannya pada kurban, Yesus yang tak bersalah. Inilah contoh sifat dan egoisme manusia yang ditunjukkan atau dipentaskan oleh para prajurit yang menangkap Yesus. Yesus kurban kambing hitam para ahli taurat, kaum Parisi, Pilatus, yang merasa kuasa dan wibawanya tersaingi. 

Tidakkah saya seringkali bertindak sebagai ahli Taurat, Parisi atau Pilatus dalam meraih sesuatu? Atau mirip para prajurit yang mengolok dan menista Yesus? Sadarkah bahwa perbuatan saya ini mendera, menyiksa Yesus Juruselamat dan Allah yang penuh kasih, dan sesama kita?

Ya Yesus, Santo Yohanes mengingatkan kami, bahwa Engkaulah yang menciptakan semesta, namun saat Engkau datang kami tak mengenal-Mu bahkan tak mau menerima-Mu. (bdk. Yoh 1: 10-11) Semoga dengan keta-bahan dan kerelaan-Mu menanggung hinaan dan sengsara ini menyadarkan kami bahwa apa yang kami alami tak sebanding dengan apa yang Engkau alami. Tabahkanlah dan kuatkanlah kami selalu. Amin.


4. Yesus memanggul salib-Nya ke Gunung Kalvari (Luk 23: 26-27,32).

Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus.Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia.

Renungan :

Dalam keadaan tubuh-Nya yang penuh luka siksaan, luka menganga dari duri-duri mahkota di kepala-Nya Yesus memanggul salib berat menuju puncak Golgota. Yesus memanggul salib karena cinta-Nya kepada Bapa dan kepada manusia. Cawan yang harus diminum kini direguk-Nya dengan ketaatan, kecintaan yang direlakan-Nya demi keselamatan kita.

Ya Yesus, Engkau telah bersabda, bahwa”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk 9:23) Kami mohon, semoga kami mampu memanggul salib beban hidup kami dengan tabah dan setia. Dampingilah kami selalu. Amin.


5. Yesus wafat di salib (Luk 23: 46).

Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.

Renungan :

Inilah akhir kehadiran Yesus sebagai manusia. Ke dalam tangan Bapa Yesus kembali sebagaimana Bapa menyerahkan-Nya bagi dunia, bagi manusia, bagi kita semua. Kepala pasukan yang berkata, “Sungguh, orang ini adalah orang benar!” menjadi pembenaran dan pemenuhan seluruh ramalan Kitab Suci. Sementara orang banyak yang berkumpul untuk menonton drama penyaliban Yesus pulang sambil memukul-mukul diri. Yesus wafat sebagai orang yang dibenarkan oleh Allah dan membawa rasa tobat manusia berdosa yg menyadari kerendahannya, dan tidak berarti apa-apa di hadapan Allah.

Apakah wafat Yesus ini juga memberikan kesadaran betapa besar kasih Allah kepada kita dan betapa kecilnya kita di hadapan-Nya? Apakah kebenaran Allah yang tampak dalam diri Yesus juga mene-guhkan iman dan kepercayaan saya? Membantu saya lebih dalam melakukan tobat?

Ya Yesus, dengan setia Engkau laksanakan karya penebusan-Mu bagi kami. Semua itu mengingatkan kami betapa besarnya kasih-Mu kepada kami; dan, betapa berharganya kami di hadapan-Mu. Kami mohon, mampu-kanlah kami menjaga martabat luhur diri kami dengan hidup setia dengan teladan dan kehendak-Mu. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.