PERISTIWA SEDIH

1.
Yesus berdoa kepada Bapa-Nya di
surga dalam sakratul maut (Luk 22:42).
"Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."
Renungan :
Perang batin dalam diri Yesus berkecamuk ketika harus
memilih antara mencari enak dan aman atau menaati kehendak Bapa-Nya. Tawar
menawar antara keinginan sendiri dan menuruti kehendak orang yang mencintai dan
dicintai-Nya.
“Tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah
yang terjadi.” Inilah tanda dan bukti kesetiaan, dan ketaatan seorang Putra
kepada Bapa-Nya. Yesus memilih mengurbankan Diri-Nya demi keselamatan manusia.
Demi pulihnya hubungan antara Allah dan manusia yang telah diretas oleh kuasa
dosa Adam. Sebagai Adam Baru Yesus sungguh-sungguh menam-pakkan dan mewujudkan
apa yang dikehendaki Allah.
Bagaimanakah saya hadapi kesulitan, kesusahan dan penderitaan
sehari-hari yang saya jumpai? Apakah saya berani berdoa sepertti doa Yesus, “tetapi
bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”
Ya Allah, Putera-Mu telah memperoleh bagi kami ganjaran
kehidupan kekal melalui hidup, wafat dan kebangkitan-Nya. Kami mohon, agar
dengan merenungkan misteri Rosario Suci Santa Perawan Maria, kami dapat
menghayati maknanya dan memperoleh apa yang dijanjikan. Demi Kristus, Tuhan
kami. Amin.
2.
Yesus didera (Yoh 19: 1).
Lalu
Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia.
Renungan:
Tindakan Pilatus ini adalah tindakan pemimpin yang takut
kehilangan jabatan, kuasa, lalu mencari kambing hitam agar nampak bahwa ia
masih berwibawa. Ambisi, sifat rakus, dan mau menang sendiri membawa kurban
bagi orang yang tak bersalah, inilah sikap dan perbuatan gega-bah dan bodoh,
melawan keadilan. Inilah gambaran kita yang seringkali mencari keuntungan, enak
sendiri dengan mengorbankan orang lain.
Siapakah saya; Pilatus atau Yesus? Kita ingin menjadi
murid Yesus tetapi seringkali kita bertindak seperti Pilatus.
Ya Yesus, detik-detik hidup-Mu di dunia menunjukkan
betapa beratnya dosa manusia yang harus Kau tebus. Kau dihina, dihindari orang,
tak diperhi-tungkan, sengsara, tertikam, diremukan oleh dera, bagaikan domba
yang tak membuka mulutnya ketika dibawa ke pembantaian; padahal, semuanya itu
karena kedurhakaan kami. Namun bilur-bilur luka-Mu menyembuhkah kami (bdk. Yes
53:2-7).
Kami berterimakasih kepada-Mu dan mohon kuatkanlah kami
bilamana harus memikul salib penderitaan akibat kejahatan orang. Perkenankanlah
kami untuk mengampuni dan bahkan mendoakan mereka serta menyadari kesa-tuan kami
dengan Dikau, penebus kami. Amin.
3. Yesus dimahkotai duri (Yoh 19:
2-3).
Prajurit-prajurit
menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka
memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata: “Salam, hai
raja orang Yahudi!” Lalu mereka menampar muka-Nya.
Renungan:
Prajurit adalah suruhan para perwira atau atasan. Tugas
prajurit adalah menjalankan perintah atasan tanpa berpikir, tanpa kesempatan
menilai buruk atau baik, salah atau benar. Dalam situasi inilah mereka melam-piaskan
perasaan, nalar, keinginannya pada kurban, Yesus yang tak bersalah. Inilah
contoh sifat dan egoisme manusia yang ditunjukkan atau dipentaskan oleh para
prajurit yang menangkap Yesus. Yesus kurban kambing hitam para ahli taurat,
kaum Parisi, Pilatus, yang merasa kuasa dan wibawanya tersaingi.
Tidakkah saya seringkali bertindak sebagai ahli Taurat,
Parisi atau Pilatus dalam meraih sesuatu? Atau mirip para prajurit yang
mengolok dan menista Yesus? Sadarkah bahwa perbuatan saya ini mendera, menyiksa
Yesus Juruselamat dan Allah yang penuh kasih, dan sesama kita?
Ya Yesus, Santo Yohanes mengingatkan kami, bahwa
Engkaulah yang menciptakan semesta, namun saat Engkau datang kami tak
mengenal-Mu bahkan tak mau menerima-Mu. (bdk. Yoh 1: 10-11) Semoga dengan keta-bahan
dan kerelaan-Mu menanggung hinaan dan sengsara ini menyadarkan kami bahwa apa
yang kami alami tak sebanding dengan apa yang Engkau alami. Tabahkanlah dan kuatkanlah kami selalu. Amin.
4. Yesus
memanggul salib-Nya ke Gunung Kalvari (Luk 23: 26-27,32).
Ketika
mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene,
yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya,
supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus.Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di
antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. Dan ada juga
digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama
dengan Dia.
Renungan :
Dalam keadaan tubuh-Nya yang penuh luka siksaan, luka
menganga dari duri-duri mahkota di kepala-Nya Yesus memanggul salib berat
menuju puncak Golgota. Yesus memanggul salib karena cinta-Nya kepada Bapa dan
kepada manusia. Cawan yang harus diminum kini direguk-Nya dengan ketaatan,
kecintaan yang direlakan-Nya demi keselamatan kita.
Ya Yesus, Engkau telah bersabda, bahwa”Setiap orang yang
mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya
setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk 9:23) Kami mohon, semoga kami mampu
memanggul salib beban hidup kami dengan tabah dan setia. Dampingilah kami
selalu. Amin.
5. Yesus wafat di
salib (Luk 23: 46).
Yesus
berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan
nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.
Renungan :
Inilah akhir kehadiran Yesus sebagai manusia. Ke dalam
tangan Bapa Yesus kembali sebagaimana Bapa menyerahkan-Nya bagi dunia, bagi
manusia, bagi kita semua. Kepala pasukan yang berkata, “Sungguh, orang ini
adalah orang benar!” menjadi pembenaran dan pemenuhan seluruh ramalan Kitab
Suci. Sementara orang banyak yang berkumpul untuk menonton drama penyaliban
Yesus pulang sambil memukul-mukul diri. Yesus wafat sebagai orang yang
dibenarkan oleh Allah dan membawa rasa tobat manusia berdosa yg menyadari
kerendahannya, dan tidak berarti apa-apa di hadapan Allah.
Apakah wafat Yesus ini juga memberikan kesadaran betapa
besar kasih Allah kepada kita dan betapa kecilnya kita di hadapan-Nya? Apakah
kebenaran Allah yang tampak dalam diri Yesus juga mene-guhkan iman dan
kepercayaan saya? Membantu saya lebih dalam melakukan tobat?
Ya Yesus, dengan setia Engkau laksanakan karya
penebusan-Mu bagi kami. Semua itu mengingatkan kami betapa besarnya kasih-Mu
kepada kami; dan, betapa berharganya kami di hadapan-Mu. Kami mohon, mampu-kanlah
kami menjaga martabat luhur diri kami dengan hidup setia dengan teladan dan
kehendak-Mu. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.