SELAMAT HARI RAYA PASKAH 2016

Kamis, 24 Maret 2016

PESTA KERAHIMAN




PESTA KERAHIMAN ILAHI
Pada hari Minggu Kerahiman (Minggu Paskah II)


A. Pengantar
Pesta Kerahiman atau Minggu Kerahiman dirayakan oleh Gereja pada Hari Minggu pertama sesudah Paskah (Hari Minggu Paskah II). Latar belakang perayaan ini adalah perwahyuan yang diterima St. Faustina dari Yesus sendiri, yang meminta, “Aku mau supaya ada Pesta Kerahiman. Aku mau supaya gambar itu diberkati secara mulia pada hari Minggu pertama sesudah Paska. Hari Minggu ini harus menjadi Pesta Kerahiman.” Permintaan ini disampai-kan oleh Yesus kepada St. Faustina dari Polandia pada penampakan-Nya tanggal 22 Februari 1931. Permintaan Yesus ini baru terwujud pada tahun 2000, ketika Bapa Suci St. Yohanes Paulus II menetapkan Hari Minggu setelah Minggu Paskah sebagai Minggu Kerahiman Ilahi. Sejak saat itu Gereja universal secara resmi merayakan Pesta Kerahiman ilahi.

VIGILI PASKAH





VIGILI PASKAH (MALAM PASKAH)
Tirakatan Kebangkitan Tuhan
  
1. Makna
Malam Paskah adalah malam suci kebangkitan Tuhan, yang merupakan puncak perayaan Trihari Paskah. Bagi Gereja malam ini adalah malam vigili (berjaga) bagi Tuhan (Kel 12:42). Seturut nasihat Injil (Luk 12:35-37) umat beriman dengan membawa lilin bernyala bersikap seperti orang-orang yang menantikan Tuhan bila Ia datang lagi. Pada waktu Ia tiba dan mendapati mereka sedang berjaga, Ia akan mengundang mereka duduk bersama pada meja perjamuan-Nya. Gereja berjaga (tirakatan) untuk menantikan kebangkitan Kristus dan merayakannya dalam ibadat suci.
Pada Malam Paskah ini Gereja juga membaptis para katekumen. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa dengan dibaptis mereka (katekumen) ikut serta dalam misteri Paskah, yakni wafat dan bangkit bersama Kristus. Ada kesamaan antara baptis dan paskah: Kristus wafat, dimakamkan, lalu bangkit; para baptisan baru pun mati dari dosa-dosanya, dimakamkan (dengan simbol air baptis) dan bangkit (menjadi manusia baru) sebagai anak-anak Allah. Gereja juga mengajak kaum beriman untuk membaharui janji baptisnya. Dosa dan kelalaian kita karena ingkar akan janji baptis, pada perayaan Malam Paskah ini disegarkan kembali dengan janji baptis. Kitapun diajak untuk menjadi manusia baru, anak-anak Allah.

JUMAT AGUNG



JUMAT AGUNG
Mengenang Sengsara Tuhan


1. Makna
Pada hari ini Gereja mengenangkan Kristus, Anakdomba Paskah kita, yang dikur-bankan. Dalam Ibadat Sabda sesudah tengah hari (pukul 15.00) Gereja mengenangkan sengsara dan wafat Yesus, menghormati salib, dan mengenang kembali kelahirannya (Gereja) dari lambung Yesus yang tertikam saat tergantung di salib.
Pada hari ini tidak ada perayaan Ekaristi; Gereja menja-lani puasa dan pantang yang harus dipandang keramat. Hari ini disebut sebagai hari puasa Paskah karena sudah termasuk dalam rangkaian Trihari Paskah; dibedakan dengan hari-hari puasa Prapaskah (40 hari). Bila memungkinkan puasa dapat diperpanjang hingga hari Sabtu Suci, supaya kita dapat menikmati kegembiraan kebangkitan Tuhan dengan hati yang riang dan lapang.

KAMIS PUTIH



TRI HARI PASKAH
(Triduum Paschale)

         Sebelum memasuki masa Trihari Paskah Gereja menjalani suatu masa tobat dan puasa yang disebut dengan Masa Pra-paskah (Tempus Quadragesimae). Masa Prapaskah diawali pada perayaan Rabu Abu dan berakhir pada perayaan Kamis Putih. Pada hari-hari terakhir Masa Prapaskah dan menjelang Trihari Paskah terdapat suatu masa yang cukup penting, yakni Pekan Suci (Hebdomada Sancta). Pekan Suci diawali dengan Misa Pengenangan Sengsara Tuhan pada perayaan Minggu Palma atau Minggu Sengsara. Kamis Putih menjelang Misa Perjamuan [Malam] Tuhan sekaligus merupakan akhir Masa Prapaskah dan Pekan Suci.
Selama Trihari Paskah Gereja merayakan misteri-misteri terbesar karya penebusan. Perayaan Trihari Paskah merupakan puncak Tahun Liturgi. Rangkaian Trihari Paskah itu dimulai dengan Misa Perjamuan Tuhan pada Kamis Putih sore dan ber-akhir dengan Ibadat Sore II Hari Minggu Paskah. Saat-saat itu Gereja mengenangkan peristiwa penyaliban (sengsara), pema-kaman (wafat), dan kebangkitan Kristus. Ada satu garis ritual yang utuh: awal, puncak, dan penutup.