MEMBANGUN SEMANGAT BERBAGI
Mewujudkan Kemandirian Finansial KAPal
Walaupun Gereja bukanlah lembaga profit (mencari keuntungan materi), namun untuk menunjang karyanya serta keberlangsungannya dibutuhkan dukungan finansial yang tidak sedikit. Tanpa dukungan finansial maka karya Gereja tak dapat berjalan dengan baik. Darimanakah dukungan finansial itu didapatkan? Menjawab hal ini kita kembali kepada pengertian Gereja, yakni persekutuan umat beriman. Maka tentu saja dukungan finasial itu berasal dari anggota-anggota Gereja. Gereja bukan hanya atau milik hierarki / klerus saja, namun tanggungjawab kita bersama karena kitalah Gereja itu. Suka duka, hidup mati Gereja tergantung bagaimana para anggo-tanya berperan serta.
Jemaat perdana memberi contoh dan teladan kepada kita bagaimana mereka bisa menghidupi kelompoknya. Mereka tidak berkekurangan secara materi karena anggota jemaat saling mendukung secara finansial. Bahkan kepedulian mereka bukan hanya bagi jemaat setempat, di beberapa tempat mereka juga peduli dengan kehidupan jemaat di tempat lain. Misalnya Jemaat Korintus mendukung kehidupan Jemaat Yerusalem dengan mengumpulkan sumbangan dalam bentuk uang (2Kor 9:1-5). Peristiwa pergandaan 5 roti dan 2 ikan (Yoh 6:1-15) mengajak kita untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri namun mau berbagi dengan sesama.
Bagaimanakah pengalaman kita “berbagi” dan peduli terhadap kehidupan Gereja? Dalam gambaran umum umat di Keuskupan Agung Palembang ini, paroki kita St. Yoseph, dikenal sebagai paroki yang ”surplus.” Kalau paroki lain masih pas-pasan atau bahkan harus disubsidi dari keuskupan, paroki kita sudah sejak lama bisa mandiri secara finansial. Hal itu ditunjang salah satunya adalah tingkat ekonomi umat paroki kita yang cukup baik, walaupun tak dipungkiri masih banyak juga umat kita yang masih berkekurangan.
Namun faktor yang amat penting bisa terwujudnya kemandirian finansial paroki kita adalah telah tumbuhnya semangat berbagi dan kesadaran bahwa Gereja adalah kita semua. Maka suka-duka Gereja Paroki kita disadari adalah suka-duka kita bersama. Kita melihat bagaimana semangat berbagi dan kesadaran umat akan Gerejanya itu begitu tampak, saat kita bersama mewujudkan kerinduan untuk segera memiliki gedung gereja yang baru. Seluruh potensi paroki (umat, kelompok kategorial, tua muda) bergerak semua untuk mengumpulkan dana dengan aneka bentuk dan cara.
Kita patut bangga atas jerih payah dan kesadaran kita semua. Namun kita juga mesti ingat bahwa Gereja bukan hanya paroki kita saja. Gereja KAPal juga mencakup berbagai paroki yang tersebar di 3 provinsi. Masih banyak paroki lain yang “besar pasak daripada tiang” lebih besar pengeluaran untuk karya pastoralnya daripada dana yang bisa dikumpulkan oleh umat. Atau juga, kita ingat pula bagaimana beratnya keuskupan untuk mensubsidi beberapa paroki, membayar gaji dan Dana Hari Tua karyawananya, juga untuk membiayai para calon imamnya di seminari. Maka bila kita semua umat mempunyai semangat berbagi dan sadar akan kehidupan Gerejanya, suka-duka Gereja itu bisa kita atasi dan tanggung bersama. ****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.