Renungan Minggu, 3/4 Desember 2011
Mat. 1:1-8
Padang gurun merupakan tempat yang sangat gersang dan tentu tidak banyak dihuni oleh manusia. Maka bisa dipastikan bahwa di padang gurung tidak banyak orang dan suasananya tentu sangat sepi. Dalam dunia orang Yahudi, padang gurun biasanya menjadi tempat bagi orang-orang yang mau mengasingkan diri juga menjadi tempat orang buangan. Dengan demikian sebenarnya bisa dikatakan bahwa padang gurun bukanlah tempat yang cocok untuk mewarta. Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa justru Yohanes berseru-seru di padang gurun, mengapa dia tidak berseru-seru di pasar atau di tempat lain yang ramai?
Biasanya orang-orang yang tinggal di padang guruh adalah orang-orang yang sedang mengasingkan diri untuk mencari Tuhan, sehingga sangat terbuka pada pertobatan. Bacaan hari ini menunjukkan bahwa seruan Yohanes sungguh didengarkan sehingga banyak orang yang datang untuk dibaptis dan bertobat. Lalu untuk kita saat ini, apakah kita juga harus berseru-seru di padang gurun?
Kemajuan jaman telah membuat kita sering merasa terasingkan dan akhirnya mengalami kekeringan batin. Perkem-bangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa kita kepada suatu paham baru yang mengatakan bahwa yang bersifat tradsisional dan irrasional adalah kuno atau ketinggalan jaman. Bahkan tidak sedikit orang yang sampai pada kesimpulan bahwa urusan Tuhan dan agama adalah kuno. Keberadaan umat Katolik sebagi kaum minoritas di tempat kita juga semakin mempersulit kita untuk mengembangkan iman.
Tuntutan jaman serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat orang semakin sulit menerima pewartaan. Kehidupan Gereja di tengah himpitan perkembangan agama-agama lain juga sangat membatasi ruang gerak kita untuk mewarta. Inilah yang menjadi padang gurun di dunia kita saat ini. Belajar dari Yohanes, justru di tempat seperti inilah kita harus berseru-seru sebagaimana telah dilakukan koleh Yohanes Pemandi. Di tengah suasana yang terasa gersang dan seperti tak berpengharapan inilah kita harus menyerukan pertobatan dan mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan.
Bagi Yohanes, Injil bukanlah semata-mata suatu kabar melainkan suatu pribadi, yaitu Yesus Kristus, yang kita terima dan kita wartakan. Tugas kita adalah mempersiapkan jalan bagi Tuhan, dan satu hal yang perlu dicapai dalam menanti kedatangan Tuhan adalah pertobatan. Pertobatan dan baptis menjadi suatu persiapan menuju keselaatan. Keselamatan yang sesungguhnya akan datang dari Yesus yang akan membaptis dengan Roh. *** shagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.