EKARISTI JUMAT PERTAMA
“Lihatlah Hati itu yang
telah mengasihi umat manusia
dan memberikan
segala-galanya kepada mereka,
bahkan menyerahkan dirinya
sediri sebagai jaminan kasih-Nya,
tetapi menerima dari
sebagian besar umat manusia,
bukan balasan kasih,
melainkan rasa tidak berterimakasih,
dan penghinaan kepada Sakramen Kasih.”
Di berbagai paroki perayaan Ekaristi Jumat
Pertama (di awal bulan) biasanya jauh lebih meriah dan lebih banyak umat yang
hadir daripada ekaristi pada hari Jumat lainnya; apalagi dibandingkan dengan
misa harian. Bahkan di sekolah-sekolah Katolik Misa Jumat Pertama sudah suatu
hal yang “sepertinya” wajib! Mengapa Hari Jumat Pertama (dan ekaristi pada hari
itu) begitu istimewa?
Awal mulanya....
“Tradisi” Ekaristi Jumat Pertama tak terpisahkan
dengan Devosi kepada Hati Yesus yang Mahakudus. Devosi kepada Hati Kudus Yesus
memang sudah sangat tua, karena dalam pengertian Alkitab, hati itu sumber dan
pusat kehidupan manusia. Boleh dikatakan hati itu hampir sama dengan seluruh
pribadi manusia. Maka dari itu, meng-hormati Hati Kudus Yesus berarti
menghormati seluruh pribadi Yesus, khususnya pusat pribadi-Nya yang Mahakudus,
yang memancarkan kasih dan kerahiman-Nya. Namun praktek devosi ini dalam arti
liturgis dalam Gereja baru muncul sejak abad XI-XII, pada masa St. Anselmus dan
St. Bernardus. Devosi ini juga telah dianjurkan oleh banyak orang kudus di abad
pertengahan, seperti St. Albertus Agung, St. Katarina dari Siena, St.
Fransiskus dari Sales; juga biarawan Ordo Benediktin, Dominikan dan Carthusian.
Pada abad XIII-XVI devosi ini menurun.
Pada akhir abad XVI devosi
ini mulai hidup lagi. Yohanes dari Avila (1569), adalah salah satu di
antaranya. Lalu, pada abad XVII mulai menjamur pelbagai praktek devosi kepada
Hati Kudus Yesus dari pelbagai tokoh spiritual, seperti St. Fransiskus Borgia,
St. Aloysius Gonzaga dan Beato Petrus Kanisius. Namun semuanya itu hanyalah
devosi yang lebih bersifat pribadi. Kemudian Beato Yohanes Eudes (1602-1680)
yang membuat devosi ini menjadi devosi umat, yang dirayakan dalam peribadatan.
Ia bahkan menetapkan pesta liturgi khusus untuk devosi kepada Hati Kudus Yesus
ini.
St. Maria Margaretha Alacoque
Orang kudus yang paling
sering dihubungkan dengan devosi Hati Kudus Yesus adalah St. Maria Margaretha
Alacoque (1647-1690), dari Perancis. Ia memperoleh wahyu pribadi Tuhan Yesus
yang menghendaki perayaan liturgis Hati Kudus Yesus dan praktek
memper-sembahkan silih terhadap dosa-dosa yang dilakukan terhadap Sakramen
Mahakudus, pada setiap hari Jumat pertama dalam setiap bulan.
Dalam beberapa penampakan
Yesus kepada St. Maria Marga-retha,
Yesus mengungkapkan rupa-rupa misteri rohani dan permintaan untuk
penghormatan khusus kepada Allah. Pada penam-pakan ketiga, tahun 1674, Yesus
menampakkan diri dalam kemuliaan dengan kelima luka penderi-taannya yang
bersinar bagaikan mentari, dan dari Hati Kudus Yesus tampaklah Hati Kudus Yesus
yang mencinta. Yesus mengungkapkan, bahwa banyak orang tak menghormati dan
menyangkal-Nya. Oleh karena itu, Yesus sebagai silih dan pepulih / pendamaian
atas dosa-dosa manusia, Yesus meminta lewat Maria Margareta untuk
menghormatinya secara khusus.
Dalam penampakkan itu,
secara khusus Yesus meminta untuk menerima Sakramen Mahakudus sesering mungkin.
Secara khusus, Yesus meminta untuk menerima Komuni Kudus pada Hari Jumat
Pertama setiap bulan, dan pada setiap Kamis Malam, Yesus memba-gikan
penderitaan yang dirasakan-Nya di Taman Getsemani. Hari Jumat Pertama itulah
yang dirayakan oleh segenap umat sampai sekarang ini. Dan Hari Kamis malam
itulah yang masih dirayakan sampai sekarang ini di biara-biara dan oleh
segelintir umat dengan perayaan devosional yang disebut “Hora Sancta”
atau “Jam Suci’.
Kita tidak mengetahui,
mengapa Yesus dengan jelas meminta untuk menerima Komuni Kudus pada hari Jumat
Pertama. Jika dika-itkan dengan Hari Kamis malam sebagai kenangan akan derita
Yesus di Taman Getsemani itu, sudah pasti bahwa Hari Jumat yang dimak-sudkan
Yesus itu adalah hari wafat-Nya di kayu salib. Mengapa harus hari Jumat Pertama
dan bukan setiap hari Jumat? Kita juga tidak me-nemukan alasannya. Mungkin hari
Jumat bulan baru menunjuk pada permulaan yang baik untuk kehidupan Kristen
sepanjang bulan itu.
Setelah penampakan Yesus
pada St. Maria Margaretha Ala-coque, devosi kepada Hati Kudus Yesus berkembang
pesat. Pada tahun 1856, Paus Pius IX mengeluarkan surat ensiklik Miserentis-simus
Redemptor tentang silih kepada Hati Kudus Yesus dan menetapkan Pesta Hati
Kudus Yesus pada Hari Jumat sesudah Pesta Tubuh dan Darah Kristus. Hal ini
sesuai dengan permintaan Yesus pada Maria Margareta Alacoque pada penampakan
keempat, tahun 1675.
Jadi melalui penampakan
Yesus kepada St. Maria Margareta Alacoque kita warisi tiga hal berikut: (1)
Ekaristi / sambut komuni pada Jumat Pertama; (2) Hora Sancta / Jam Suci,
hari Kamis menjelang Jumat Pertama; dan, (3) Pesta Hati Kudus Yesus, pada Hari
Jumat setelah Pesta Tubuh dan Darah Kristus.
Jumat Pertama: Kita harus bagaimana?
Adalah menjadi
kerinduan Yesus, seperti yang dinyatakan kepada St. Margaret, bahwa setiap hari
Jumat pertama setiap bulan dikhususkan untuk devosi dan adorasi kepada Hati
Kudus Yesus. Untuk mempersiapkannya, adalah baik jika pada malam sebelumnya
kita membaca tentang devosi ini, atau (merenungkan) Jalan Salib/Kisah sengsara
Tuhan Yesus dan untuk mengunjungi Sakramen Mahakudus. Ini adalah semacam Hora
Sancta sederhana yang bisa kita lakukan secara pribadi.
Lalu, pada hari
Jumat Pertama, begitu bangun tidur, kita memper-sembahkan diri kita dan
memusatkan seluruh pikiran, perkataan dan perbuatan kita kepada Tuhan Yesus,
agar Hati Kudus-Nya dapat dihor-mati dan dimuliakan. Kita mengunjungi gereja,
berlutut di hadapan-Nya yang hadir di tabernakel, agar kita dapat membangkitkan
di dalam jiwa kita rasa duka cita atas begitu banyaknya penghinaan/ perlawanan
yang ditujukan kepada Hati Kudus-Nya di dalam Sakramen Maha-kudus, dan kemudian
mengikuti Misa Kudus. Tidaklah sulit untuk mela-kukan hal ini jika kita memiliki
sedikit saja kasih kepada Kristus. Jika kita menjadi suam-suam kuku, mari mengingat
kembali begitu banyaknya alasan yang kita miliki untuk memberikan hati kita
kepada Kristus. Setelah itu, kita harus mengakui segala kesalahan kita atas
kekurangan hormat kita di dalam hadirat Allah dalam Sakramen Maha Kudus, atau
melalui kelalaian kita untuk mengunjungi dan menerima Dia di dalam Komuni
kudus. Komuni pada hari itu dipersembahkan untuk mem-buat silih terhadap segala
bentuk penghinaan yang diteri-ma Kristus dalam Sakramen Maha Kudus, dan
semangat kasih yang sama harus menghidupkan segala tindakan kita sepanjang
hari.
Di berbagai tempat
setelah Ekaristi Jumat Pertama biasanya dilanjutkan dengan Adorasi Sakramen
Mahakudus. Namun ada pula yang mengadakan adorasi tersendiri, tidak langsung
setelah misa. Adorasi Sakramen Mahakudus ini bagaikan perpanjangan dari
ekaristi yang kita ikuti. Dalam Sakramen Mahakudus yang ditahtakan kita hadir,
bertatap muka, sujud menyembah dan menyerahkan diri seutuhnya di hadapan Yesus.
Meskipun devosi ini
diadakan sekali sebulan (pada hari Jumat Pertama) namun latihan-latihan rohani
ini tidak terbatas hanya sebulan sekali pada hari itu. Yesus layak dihormati
setiap saat. Dengan demikian mereka yang terhalang untuk merayakan devosi Hati
Kudus Yesus pada hari Jumat pertama, dapat melakukannya pada hari-hari lainnya
pada bulan itu.
Akhirnya....
Adalah hal yang
baik, bahwa umat meneruskan devosi kepada Hati Kudus Yesus pada hari Jumat
Pertama setiap bulan. Seperti janji Yesus sendiri, anugerah khusus dan istimewa
akan diberikan pada mereka yang menerima komuni pada 9 hari Jumat Pertama
berturut-turut, yakni bahwa sebelum meninggal orang itu tak akan mati dalam
dosa. Rajinnya orang mengikuti Misa Jumat pertama timbul terutama karena janji
Yesus ini. Yesus juga menjanjikan bagi mereka yang rajin menghormati Hati
Kudus-Nya: damai dalam rumah tangga, kekuatan bagi yang lemah, penghiburan
dalam dukacita.
Yesus yang lembut dan murah hari,
jadikanlah
hati kami seperti hati-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.