Renungan
TRITUNGGAL MAHA KUDUS ?
Pada hari minggu ini kita merayakan hari raya Tritunggal
Mahakudus. Permenungan kali ini mengungkapkan kesatuan daya-daya ilahi yang
menyertai para murid, secara khusus anugerah Roh Kebenaran yang akan datang membimbing
para murid ke dalam kebenaran.
Roh Kebenaran yang dimaksud oleh Yesus adalah daya-daya
ilahi yang membawa manusia untuk mengalami Tuhan Yang Mahakuasa dengan cara
yang pribadi dalam hidup harian. Roh Kebenaran itu akan membuat para murid
mengerti siapakah Yesus yang telah mereka ikuti itu. Roh ini membuat orang
menemukan Tuhan Yang Mahakuasa di tengah-tengah manusia. Dia itu ujud nyata
bagaimana Yang Mahakuasa memperhatikan manusia. Yang tak terjangkau dan yang
menggentarkan itu kini tampil sebagai yang dapat dikenali sehingga orang dapat
dekat dengan-Nya.
Sebagai manusia kita sadar bahwa pengertian tentang Yang Ilahi di
sini akan tetap sulit dipahami walaupun sebenarnya setiap orang takkan
meragukan bahwa Yang Ilahi itu tetap ada. Dan memang dalam ilmu teologi juga
sering disebut-sebut sebagai Tuhan yang tersembunyi (kasat mata), keberadaannya
tidak tersangkal, bahkan dapat pula disimpulkan sebagai kekuatan yang dahsyat
ada di jagat ini. Meski terasa dekat tetapi tetap jauh.
Namun kita masih bersyukur memiliki Yesus Tuhan kita. Dia yang
tersembunyi ini dialami oleh Yesus sebagai Bapa. Dan memang seluruh kehidupan
Yesus ditujukan untuk memperkenalkan Tuhan Yang Mahakuasa sebagai Bapa kepada
manusia. Yang tadinya jauh itu dialaminya sebagai yang dekat, yang dapat
dikenali, bahkan yang dapat dipanggil dengan sebutan yang akrab “Bapa”. Di
sinilah kekhasan Injil Yohanes. Yesus menegaskan tak ada orang yang pernah
melihat Bapa. Hanya sang Putra sajalah yang melihatnya. Maka siapa saja yang
melihat Putra akan melihat Bapa sendiri. Dan dalam kabar Injili, Putra itu
ialah Yesus yang lahir di Nazaret, menyembuhkan banyak orang, mengajar mereka
mengenai mengenai Bapanya, menderita, wafat dan bangkit dari kematian. Dan
siapa saja yang menerima ini semua akan mengenali siapa Dia (Allah) yang telah
membangkitkan-Nya. Dalam hubungan inilah Yang Ilahi tidak lagi melulu dialami
sebagai yang tersembunyi melainkan yang telah terwahyukan dalam seluruh
kehidupan Yesus tadi bersama dengan manusia. ***( fr )
Ruang Katekese
DOGMA TENTANG MARIA
Dogma adalah suatu pengajaran dari Gereja yang secara implisit maupun
eksplisit dinyatakan oleh Kitab Suci atau Tradisi Suci, yang dipercaya oleh
umat beriman karena pemakluman agung atau dinyatakan oleh wewenang mengajar Gereja. Agar sebuah pengajaran menjadi sebuah dogma, ajaran iman itu harus secara formal pernah dinyatakan dan diajarkan
oleh Gereja. Dari
definisi ini tampaklah tiga pilar (pedoman) ajaran iman Gereja Katolik, yakni Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium (kuasa mengajar). Maka
dogma “tidak harus” secara tersurat (eksplisit) ada dalam Kitab Suci, namun
kadang ajaran itu tersembunyi / tersirat dan Gereja mewarisi kebenaran ajaran
iman itu sepanjang sejarah dan kemudian dinyatakan dengan tegas oleh
magisterium Gereja dalam suatu waktu. Sebagai suatu ajaran resmi, final dan
pasti kebenarannya, dogma Gereja
mengikat setiap umat / anggota Gereja. Mene-rima kebenaran dogma itu akan
membawa kita pada kesela-matan. (Daftar seluruh dogma Gereja lihat: http://katolisitas. org/ 2224/dogma-impikasinya-dan-daftar-dogma).
Berkaitan dengan Bunda Maria, Gereja sepanjang seja-rahnya
2000 tahun lebih ini, mengajarkan / menyatakan 4 dogma. Keempat dogma itu menyatakan
hubungan pribadi Maria dengan Allah dan perannya dalam keselamatan manusia.
1. Dogma MARIA BUNDA ALLAH (Theotokos / Mater Dei)
Doktrin Maria sebagai Bunda Allah/ “Theotokos”
dinyatakan Gereja melalui Konsili di Efesus (431) dan Konsili keempat di
Chalcedon (451). Pengajaran ini diresmikan pada kedua Konsili tersebut, namun
bukan berarti bahwa sebelum tahun 431, Bunda Maria belum disebut sebagai Bunda
Allah, dan Gereja ‘baru’ menobatkan Maria sebagai Bunda Allah pada tahun 431.
Kepercayaan Gereja akan peran Maria sebagai Bunda Allah dan Hawa yang baru
sudah berakar sejak abad awal. Keberadaan Konsili Efesus yang mengajarkan
“Theotokos” tersebut adalah untuk menolak pengajaran sesat dari Nestorius.
Nestorius hanya mengakui Maria sebagai ibu kemanusiaan Yesus, tapi bukan ibu
Yesus sebagai Tuhan, sebab menurut Nestorius yang dilahirkan oleh Maria adalah
manusia yang di dalamnya Tuhan tinggal, dan bukan Tuhan sendiri yang sungguh
menjelma menjadi manusia.
2. Dogma MARIA TETAP PERAWAN
Dalam Credo dinyatakan “.....(Yesus Kristus) yang
dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria....” Sekilas memahami
bahwa Yesus dilahirkan oleh Perawan Maria lebih mudah daripada memahami
bagaimana keperawan Maria setelah ia melahirkan Yesus.
St. Agustinus dan St. Ambrosius, mengajarkan kepera-wanan Maria sebelum, pada saat dan sesudah
melahirkan Yesus Kristus, sehingga Maria adalah perawan selamanya. Dengan kuasa
Roh Kudus yang sama, Yesus lahir tanpa merusak keperawanan Bunda Maria, seperti
halnya setelah kebangkitan-Nya, Dia dapat datang ke dalam ruang tempat para
murid-Nya berdoa, tanpa merusak semua pintu yang terkunci (Lih. Yoh 20:26). Roh
Kudus yang membangkitkan Yesus dari mati
adalah Roh Kudus yang sama yang membentuk Yesus dalam rahim Bunda Maria. Maka
kelahiran Yesus dan kebangkitan-Nya merupakan peristiwa yang ajaib:
kelahirannya tidak merusak keperawanan Maria, seperti kebangkitan-Nya tidak
merusak pintu yang terkunci.
Sementara itu Konsili Konstantinopel II (553) menyebutkan Bunda Maria sebagai, “kudus,
mulia, dan tetap-Perawan Maria”. Konsili
ini merangkum ajaran-ajaran penting berkaitan dengan bahwa Yesus, adalah
sungguh Allah dan sungguh manusia. Termasuk dalam ajaran ini adalah tentang
keperawanan Maria.
Dogma keperawanan
Maria, sebelum, pada saat dan sesudah
kelahiran Yesus dinyatakan secara defintif oleh Paus St. Martin I di Sinode
Lateran tahun 649, yang berbunyi, “Maria
yang tetap perawan dan tak bernoda yang terberkati, mengandung tanpa benih
manusia, oleh Roh Kudus, dan tanpa kehilangan keutuhan melahirkan Dia dan
sesudahnya tetap perawan (keperawanannya tidak ‘rusak’). Maka, seperti Kritus yang bangkit dengan tubuh-Nya
dapat menembus pintu-pintu rumah yang terkunci (lihat Yoh 20: 26), maka pada
saat kelahiran-Nya, Ia pun lahir dengan tidak merusak keperawanan ibu-Nya,
yaitu Bunda Maria.
3. Dogma MARIA DIKANDUNG TANPA DOSA (Immanculata)
“Buah jatuh takkan jauh dari pohonnya.” Nah, mungkinkah
Yesus, Allah Putra, yang sudah pasti tanpa dosa, dilahirkan oleh Maria, manusia
biasa yang berdosa? Kalau yang dilahirkan itu tanpa dosa maka yang melahirkan
juga “harus” tanpa dosa.
Dogma Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda dinyatakan pada tanggal 8 Des.
1854, oleh Paus Pius IX. Mengapa baru pada abad ke-18? Apakah ini ajaran yang
sama sekali baru dan sebelumnya Gereja tidak mengakui bahwa Maria Tanpa Noda? Gereja Katolik tidak pernah mengubah, menghapus,
atau menambah(-nambah)
pengajaran imannya, namun hanya menjaga dan mempertahankannya. Dogma
Perawan Maria dikandung tanpa noda ini telah dirintis oleh Paus Sixtus IV (abad
ke-15) hingga ke jaman Paus Pius IX (abad ke-19), tetapi
sesungguhnya pengajaran tersebut sudah merupakan hal yang diyakini oleh Gereja
sejak abad awal, seperti dinyatakan oleh Santo Ephraem (abad ke-4) dan Santo
Agustinus (abad ke-5) dengan
dasar pemikiran dari Santo Ireneus (abad ke-2).
Suatu keajaiban muncul empat tahun setelah penyataan
dogma ini, yakni “pengakuan” Bunda Maria sendiri akan siapa dirinya. Dalam
penampakan di Lourdes, Perancis, Bunda Maria menyatakan kepada St. Bernadette
bahwa ia adalah “Perawan
yang dikandung tanpa noda dosa.”
4. Dogma MARIA DIANGKAT KE SURGA
“…. dengan
otoritas dari Tuhan kita Yesus Kristus, dari Rasul Petrus dan Paulus yang
Terberkati, dan oleh otoritas kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan
mendefinisi-kannya sebagai sebuah dogma yang diwahyukan Allah: bahwa Bunda Tuhan yang tak bernoda, Perawan
Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia,
DIANGKAT tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.” Demikian kutipan pernyataan Paus Pius XII, 1
Nov. 1950, ketika menyatakan dogma ke-4 tentang Bunda Maria ini.
Perhatikanlah bahwa dalam dogma itu dikatakan Bunda Maria ‘diangkat’ ke surga, dan bukan ‘naik’
ke surga. ‘Diangkat’ berarti bukan karena kekuatannya sendiri melainkan diangkat
oleh kuasa Allah, sedangkan Yesus ‘naik’ ke surga oleh kekuatan-Nya sendiri.
Bagi orang kita peristiwa Bunda Maria diangkat ke surga adalah
peringatan akan pengharapan kita akan kebangkitan badan di akhir zaman, di mana
kita sebagai orang beriman, jika hidup setia dan taat kepada Allah sampai
akhir, maka kitapun akan mengalami apa yang dijanjikan Tuhan itu: bahwa kita
akan diangkat ke surga, tubuh dan jiwa untuk nanti bersatu dengan Dia dalam
kemuliaan surgawi.
Maka, Dogma Maria diangkat ke surga, bukan
semata-mata doktrin untuk menghormati Maria, tetapi doktrin itu mau menunjukkan
bahwa Maria adalah anggota Gereja yang pertama yang diangkat ke surga. Jika
kita hidup setia melakukan perintah Allah dan bersatu dengan Kristus, seperti
Bunda Maria, kitapun pada saat akhir jaman nanti akan diangkat ke surga, jiwa
dan badan, seperti dia. **** (rom’s)
Orang Kudus Minggu Ini
St. Jeanne Delanoue
St. Jeanne Delanoe (Yohana dari Salib) lahir tahun 1666
di Perancis. Ia merupakan bungsu dari 12 bersaudara. Ayahnya meninggal ketika
Jeanne masih muda, tak lama
berselang, sang ibu menyusul. Kedua orangtuanya memiliki sebuah toko dan sebelum meninggal, ibunya mewariskan tokonya kepada
Jeanne.
Semula Jeanne dikenal sebagai gadis yang pelit dan hanya memikirkan bagaimana mengumpulkan uang
sebanyak-banyaknya. Sikapnya berbeda sekali dengan ibunya yang dikenal sebagai orang yang murah hati terutama kepada para
pengemis. Namun
lama-kelamaan Jeanne tak bahagia dengan sikapnya itu. Pada usia 27 tahun, seorang imam membantunya untuk hidup
sesuai dengan imannya. Akhirnya, Joan menyadari bahwa ia harus mengamalkan
uangnya. Bukan menumpuknya bagi diri sendiri.
Jeanne mulai
memberikan perhatian kepada keluarga-keluarga miskin dan anak-anak yatim-piatu.
Seiring waktu, ia menutup tokonya agar dapat menggunakan seluruh waktunya bagi
mereka. Rumahnya pun dipenuhi oleh anak-anak yatim-piatu. Ia mengajak para gadis untuk membantunya, lalu
mereka membentuk Kelompok Suster-Suster St Anna dari Penyeleng-garaan Ilahi di Saumur, Perancis.
Jeanne wafat pada 17
Agt. 1736. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1982, oleh Paus Yohanes Paulus II. Kini kongregasi suster yang
ia dirikan juga berkarya di keuskupan kita, yang dikenal dengan nama Kongregasi
SJD (Soeurs De Jeanne Delanoue).
Mereka berkarya di Curup, Muara Bungo, dan Jambi. ****
Aneka Info :
BAPTIS BAYI
Baptisan
bayi pada bulan JUNI akan diadakan
pada hari Sabtu, 15 Juni 2013.
Pembekalan orang tua dilaksanakan pada Hari Minggu (2 dan 9 Juni) setelah misa ke 2 di kapel. Formulir pendaftaran
silahkan ambil di Sekretariat Paroki.
BULAN MARIA 2013
1. Safari Rosario OMK, Hari Minggu ini (26 Mei) di Wilayah XII, pkl. 19.00 WIB. Mohon partisipasi seluruh OMK.
2. Penutupan Bulan
Maria, akan laksanakan pada Hari Jumat depan (31 Mei),
pkl. 17.30 WIB.
IBADAT PUJIAN KEPADA KERAHIMAN
ILAHI
Kerasulan
Kerahiman Ilahi Paroki St. Yoseph akan mengadakan Ibadat Pujian kepada
Kerahiman Ilahi dengan tema : Belas
kasih, suatu cara hidup umat kristiani. Acara diadakan pada hari Kamis
depan (30 Mei), pkl. 18.30 WIB di Kapel. Seluruh umat diundang untuk hadir.
LAIN LAIN
1. OMK St. Yoseph. Dalam rangkai penggalangan
dana OMK menjual poster Paus Fransiskus setelah misa. Dana akan dipakai untuk
kegiatan Camping Rohani, 20-23 Juni nanti di Podomoro. Bagi OMK yang berminat
ikut serta kegiatan camping ini, mohon segera mendaf-tarkan diri.
2. Penjulan telur ayam kampung. Diadakan setiap kali setelah misa. Hasil pejualan telur ini akan disumbangkan
untuk UNIO keuskupan kita, yakni untuk pembi-naan para calon imam kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.