SELAMAT HARI RAYA PASKAH 2016

Selasa, 21 Mei 2013

ADORASI-2

<!--[if gte mso 9]> User Normal User 1 12 2013-05-21T15:39:00Z 2013-05-21T15:51:00Z 5 1510 8612 71 20 10102 12.00 <![endif]

ADORASI
SAKRAMEN MAHAKUDUS

1. Pengertian Adorasi
Adorasi berasal dari Bahasa Latin (adore, adoratio) yang berarti menyembah, bersujud, berbakti, memberi hormat. Maka unsur pokok dalam adorasi adalah sembah sujud atau pemujaan dan penghormatan atas dasar cinta yang mendalam.
Dalam Gereja Katolik adorasi dimengerti sebagai bentuk sembah sujud kepada Tuhan Yesus yang sungguh hadir dalam Sakramen Mahakudus. Maka istilah lengkap yang sering dipakai adalah Adorasi Sakramen Mahakudus atau Adorasi Sakramen Ekaristi Mahakudus.


2.   Dua macam bentuk Adorasi Sakramen Mahakudus (berdasarkan lamanya waktu adorasi).
a.   Adorasi Abadi (Perpetual Adoration) atau Pentahtaan Panjang, yakni adorasi yang sepanjang hari (sepanjang tahun). Dalam adorasi ini Sakramen Mahakudus ditahtakan dan di tempatkan dalam tempat yang memang khusus disediakan untuk adorasi (kapel adorasi). Selama 24 jam Sakramen Mahakudus ditahtakan haruslah selalu ada umat yang “berjaga” atau berdevosi. Maka hendaknya umat dibagi dalam jadwal tertentu.
b.   Adorasi Singkat, yakni adorasi yang dilaksanakan dalam waktu antara 30 menit - 1 jam. Adorasi ini sudah biasa dilaksanakan oleh umat, biara-biara dan kelompok doa, misalnya setelah Ekaristi Jumat Pertama atau pada hari tertentu.
3.   Mengapa kita bersembah sujud pada Sakramen Maha-kudus?
Yang kita sembah dalam adorasi adalah Pribadi Tuhan Yesus Kristus sendiri. Dengan adorasi kita bersembah sujud kepada Tuhan Yesus sendiri. Kok bisa?
Memang secara tampak mata, Sakramen Mahakudus yang kita sembah tampak seperti hosti / roti biasa. Namun kita mengimani bahwa hosti itu adalah roti yang luar biasa! Hosti itu adalah hosti suci yang kita imani sungguh-sungguh sebagai Tubuh Kristus.  Berkat Doa Syukur Agung yang didoakan oleh imam, yang bertindak in persona Christi atau imam bertindak dalam pribadi Kristus, roti (dan anggur) sungguh-sungguh berubah menjadi Tubuh (dan Darah) Kristus sehingga Kristus sungguh-sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur tersebut.
4.   Apa hubungan antara Adorasi dan Ekaristi?
Adorasi tak terpisahkan dari ekaristi; dalam arti tertentu adorasi merupakan “perpanjangan” ekaristi. Maksudnya, dalam ekaristi Yesus sungguh hadir memberikan “Tubuh dan Darah-Nya” dalam sakramen mahakudus yang kita sambut. Maka hosti yang kita sambut bukan lagi sekedar roti biasa namun sungguh Tubuh Kristus sendiri. Kita haturkan syukur dan pujian atas anugerah agung ini. Nah, di dalam adorasi kita “lanjutkan” syukur dan pujian itu. Di hadapan Kristus (Sakramen Mahakudus) yang ditahtakan, kita hadir, menyembah, memuji dan menyerahkan seluruh diri kita kepada-Nya.
Paus Benediktus XVI (dalam Sacramentum Caritatis) mengungkapkan bahwa Perayaan Ekaristi mempersatukan kita dengan Kristus melalui komuni yang kita sambut. Lalu, adorasi Sakramen Mahakudus merupakan perpanjangan dan pendalaman dari peng-hayatan kesatuan kita dengan Kristus, sekaligus syukur kita atas kehadiran-Nya dan pujian kepada-Nya.
5. Bagaimana Perkembangan Adorasi?
Praktek adorasi cikal-bakalnya sebenarnya telah berkembang sejak masa Gereja Purba dimana umat Allah bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Bdk Kis 2:42). Kemudian seirama dengan perkembangan dan kemajuan jaman, umat Tuhan yang mempunyai kerinduan akan persatuan yang erat dengan Tuhan diungkapkan dalam bentuk puji-pujian seperti dalam upacara Pentahtaan Sakramen Maha-kudus, dalam bentuk perarakan, pujian syukur, sebagai devosi, visitasi kepada Sakramen Mahakudus, Kongres Ekaristi, dll.
St. Alfonsus Liguori mengajarkan, “Dari semua devosi, penyem-bahan kepada Yesus dalam Sakramen Maha Kudus adalah devosi yang terbesar setelah sakramen-sakramen, dan sesuatu yang paling berkenan kepada Allah dan yang paling berguna bagi kita.” Sementara itu Paus Yohanes Paulus II dalam satu ensikliknya menyatakan bahwa pandangan Gereja selalu terus terarah kepada Tuhannya, yang hadir dalam Sakramen di altar, yang di dalamnya Gereja menemukan pernyataan sempurna akan kasih Tuhan yang tak terbatas. Adorasi Sakramen Maha Kudus adalah praktek sehari-hari yang penting dan menjadi sumber kekudusan yang tidak pernah habis. “Adalah menyenangkan untuk menghabiskan waktu dengan Kristus, untuk bersandar pada-Nya seperti yang dilakukan oleh murid yang dikasihi-Nya, dan untuk merasakan kasih yang tak terbatas yang ada di dalam hati-Nya.”
Pada tgl. 22 Februari 2007, Paus Benediktus XVI dalam Sinode Para Uskup melalui anjuran apostoliknya merekomendasikan perlunya umat, baik secara pribadi maupun komunitas, dalam setiap Gereja yang setiap hari telah dapat menyeleng-garakan Perayaan Ekaristi untuk menyelenggarakan Adorasi Ekaristi Abadi, artinya penghormatan dan penyembahan kepada Sakramen Maha Kudus yang telah ditahtakan dalam monstrans harus dilakukan secara kontinu terus-menerus, tidak terputus atau kosong/lowong. Walaupun Adorasi Abadi sudah berabad-abad dipraktekan di berbagai biara dan paroki, namun anjuran Bapa Paus semakin memperluas praktek ini di berbagai tempat. Begitu juga di Indonesia anjuran itu disambut dan telah dilaksanakan di berbagai tempat.
5. Apa yang kita lakukan selama Adorasi?
Waktu yang Tuhan kehendaki dari kita untuk dapat meluangkan waktu bersama-Nya bisa kita habiskan dengan cara apa saja. Yang Tuhan inginkan saat kita menghadap Dia adalah menyerahkan segala kekhawatiran, kegelisahan dan setiap permasalahan kita kepada hati-Nya yang menyala-nyala dengan api cinta kasih. “Serahkanlah semua kekhawatiranmu kepada Tuhan karena Dia yang memeliharamu”.
Setiap orang yang menyediakan waktu beradorasi dapat mengembangkan relasi pribadi dengan Yesus. Saat tenang bersama Tuhan dalam adorasi memampukan orang untuk mendengarkan dan mengenali suara-Nya seperti Dia berbicara kepada hati mereka.
St. Teresa dari Avila membagikan pengalamannya “Aku sungguh yakin bahwa jika kita dapat sekali saja mendekati Sakramen Maha Kudus dengan iman dan cinta yang besar, cukuplah hal ini membu-at kita berkelimpahan. Betapa lebih berlimpahnya hidup kita bila kita mendekatiNya sesering mungkin.” Yesus yang telah menu-nggu dalam Sakramen Cinta Kasih-Nya dan yang terus menerus mengulangi seruan permohonan-Nya, mengetuk hati kita masing-masing secara pribadi, “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam saja dengan Aku?” Karena kegembiraan besar yang Anda berikan kepada Yesus, membuat Dia memberkati seluruh dunia saat Anda berdoa selama jam suci itu.
Paus Yohanes Paulus II mengatakan, “Setiap Jam Suci yang Anda buat dalam kehadiran Sakramen Maha Kudus membawa seluruh dunia dan setiap orang di dunia lebih dekat kepada Kristus” Anda mengubah dunia dan membuat dunia menjadi tempat tinggal yang lebih baik dengan setiap doa Jam Suci.
6.   Siapakah petugas ibadat adorasi itu?
Petugas biasa untuk adorasi adalah imam atau diakon (pelayan tertahbis). Apabila tidak ada pelayan tertahbis, pelayan adorasi adalah mereka yang tidak tertahbis (biarawan/ti, frater, prodiakon, atau petugas awam lainnya yang menerima pelantikan lektor-akolit).
Yang boleh memberikan berkat kepada umat (berkat publik) dengan Sakramen Mahakudus hanyalah Pelayan Tertahbis (imam atau diakon).
7.   Bagaimana susunan ibadat adorasi?
a.   Pentahtaan
-     Adorasi yang diadakan langsung setelah Ekaristi, pentahtaan diadakan setelah Doa Sesudah Komuni. Adorasi diawali dengan Doa Pembuka / Doa Pujian Sakramen Mahakudus.
-     Dalam adorasi yang diadakan sebagai ibadat tersendiri,  Sakramen Mahakudus  diambil dari Hosti Suci besar yang dikonsakrir dalam ekaristi sebelumnya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dalam Adorasi yang diadakan sebagai ibadat tersendiri, setelah Doa Pembuka dilanjutkan dengan :
-     Bacaan Kitab Suci. Dalam buku ini disediakan daftar perikop Kitab Suci yang bisa dipilih salah satu. Setelah bacaan dapat dinyanyikan Pujian Sabda (Mazmur Tanggapan atau nyanyian lain yang sesuai).
-     Renungan (fakultatif). Bila memungkinkan pemimpin ibadat dapat menyampaikan renungan singkat atas Bacaan Kitab Suci.
-     Waktu Hening. Kemungkinan waktu hening: [1] sungguh-sungguh hening tanpa suara, atau [2] bisa / sambil diiringi musik instrumental meditatif, [3] untuk doa pribadi. Lamanya waktu hening disesuaikan dengan situasi setempat. Waktu hening bisa ditutup dengan suatu nyanyian.
-     Doa Permohonan / Doa Ekaristi. Ini merupakan suatu doa bersama, bisa dipilih salah satu dari teks yang disediakan (lihat hlm. 23-35). Setelah itu dapat dilanjutkan dengan Doa kepada St. Maria Bunda Sakramen Mahakudus (lihat hlm. 35).
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
b.   Doa di hadapan Sakramen Mahakudus
Dalam Adorasi yang diadakan setelah ekaristi, Doa di hadapan Sakramen Mahakudus diadakan dalam 2 tahap :
-     Doa Pribadi. Dalam suasana hening umat mengungkapkan doa-doa sesuai kebutuhannya. Bisa dipilih dari teks doa yang disediakan dalam buku ini.
-     Doa Bersama. Secara bersama-sama umat menyampaikan satu atau doa-doa yang telah disediakan.
c.   Nyanyian Tantum Ergo
Doa bersama di hadapan Sakramen Mahakudus diakhiri dengan nyanyian Tantum Ergo. Pemimpin ibadat bisa mendupai Sakramen Mahakudus. Lalu, dilanjutkan dengan Doa Pujian.
d.   Berkat Sakramen Mahakudus / Sembah Sujud.
-     Jika Adorasi dipimpin oleh imam / diakon bisa diadakan pemberkatan umat dengan Sakramen Mahakudus. Terlebih dulu imam/diakon mengenakan velum.
-     Selama imam/diakon memberkati umat, misdinar mendupai dan membunyikan lonceng. Suasana HENING, tanpa nyanyian. Umat BERLUTUT.
-     Jika tidak ada imam/diakon, umat melakukan SEMBAH SUJUD dengan cara: berlutut, membungkuk dalam sejenak di hadapan Tuhan yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, memudian membuat Tanda Salib untuk diri sendiri.
e.   Doa Terpujilah Allah
Imam/diakon atau pemimpin ibadat kembali ke depan altar memanjatkan Doa Terpujilah Allah.
f.    Penutup
-     Imam / pemimpin ibadat mengembalikan Sakramen Mahakudus ke dalam tabernakel.
-     Adorasi diakhiri tanpa doa penutup. Setelah memberi hormat kepada altar, Imam (pemimpin ibadat) dan misdinar kembali ke sakristi.
-     Umat BERDIRI dan menyanyikan Nyanyian Penutup.

*****

-->

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.