Beato Zenon Kovalky
Tugas pertama Pastor Zenon adalah sebagai
misionaris di wilayah Volhyn. Di tempat itu, ia melayani umat yang baru saja
berekonsiliasi dengan Gereja Ortodoks Ukraina. Pastor Zenon adalah seorang
pengkhotbah ulung yang humoris. Ia mempunyai suara yang indah. Dengan talenta
ini ia menggugah hati banyak orang untuk bertobat dan bertahan dalam imannya.
Tahun 1939 ia ditugaskan ke Ukraina.
Ketika Uni Sovyet mengivasi Ukraina, Pastor Zenon dipin-dahkan ke Biara Redemp-toris
di Liev. Ia tetap berkhotbah meskipun Uni Soviet telah memulai invasinya. Peran
penting Pastor Zenon pada waktu itu adalah mendengarkan pengakuan dan
menerimakan Sakramen Tobat bagi banyak orang, terlebih bagi mereka yang diteror
oleh invasi tersebut.
Ketika para pengkhotbah semakin
berhati-hati dalam membicarakan soal invasi, Pastor Zenon malah mengutuk
pengaruh buruk ateisme yang dibawa oleh rezim Soviet. Ketika dinasihati oleh
seorang temannya tentang bahaya yang mungkin menimpanya, ia mengatakan, “Saya
akan menerima kematian dengan senang hati jika itu memang kehendak Allah.
Tetapi, saya tidak akan berkompromi dengan suara hati saya sebagai seorang
pengkhotbah.”
Khotbah terakhir yang sangat mengesankan
dari Pastor Zenon yang didengarkan oleh hampir sepuluh ribu umat, terjadi
tanggal 28 Agustus 1940. Namun, malam hari, 21 Desember 1940, beberapa agen
polisi rahasia Uni Soviet masuk ke dalam Biara Redemptoris dan menahan Pastor
Zenon. Ia dituduh berkhotbah dan menghasut massa untuk menentang Pemerintah Uni
Soviet. Sebelum dibawa keluar biara, Pastor Zenon masih meminta superiornya
untuk memberi berkat dan absolusi kepadanya.
Selama kurang lebih 6 bulan para
konfraternya tidak memperoleh informasi tentang keberadaannya. Setelah itu,
mereka mendapatkan informasi bahwa Pastor Zenon dibekap dalam Penjara Brygid.
Selama 6 bulan itu, ia dipindah-pindahkan ke beberapa penjara. Ia mengalami 28
kali interogasi dan siksaan hingga kehilangan banyak darah. Selama dipenjara,
ia berbagi kamar seluas 4,20 x 3,5 m dengan 32 tahanan lainnya.
Selama di penjara, ia melanjutkan karya
kerasulannya. Ia mengajak para napi berdoa rosario sepanjang minggu, terutama
pada bulan Mei. Ia mengajak teman-teman seka-marnya untuk berdoa sesuai dengan
liturgi Gereja, mendengarkan pengakuan dosa, mengajarkan latihan-latihan rohani
dan ajaran-ajaran Gereja, serta menghibur mereka dengan humor-humornya.
Tahun 1941, ketika tentara Jerman mulai
menyerang Uni Soviet, penjaga-penjaga penjara mulai menembak para tawanan.
Tetapi, ketika sampai pada Pastor Zenon, para penjaga penjara tidak merasa
cukup hanya dengan menembaknya. Untuk mengingatkan tentang khotbah-khotbahnya
mengenai Kristus tersalib, mereka menyalibkan Pastor Zenon langsung di tembok
penjara di hadapan para tawanan lainnya. Ketika tentara Jerman masuk ke daerah
Liev, mereka segera masuk penjara membersihkan tumpukan mayat yang mulai
membusuk. Orang-orang berlarian ke dalam penjara dengan penuh harapan bisa menemukan
sanak keluarga mereka. Seorang saksi mengatakan pemandangan terburuk saat itu
adalah seorang imam yang disalibkan di tembok penjara; perutnya sobek karena
dipotong, sebagian isi perutnya terburai. ****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.