Kemandirian Gereja
Berkat Pemberdayaan Karisma Umat Allah
Salah satu unsur penting Visi Keuskupan Agung Palembang (KAPal) yang dirumuskan dalam Sinode II adalah bahwa sebagai persekutuan murid-murid Kristus umat KAPal bercita-cita untuk beriman yang mandiri. Kemandirian Gereja Indonesia (dan juga KAPal) secara formal telah diakui sejak 3 Januari 1961 yang lalu, sebagaimana telah kita rayakan dalam ekaristi Hari Minggu yang lalu. Namun kemandirian Gereja kiranya bukan hanya formal organisasi saja. Kemandirian itu harus tampak pula dalam hidup beriman dan menggereja anggotanya. Maka cita-cita kita bersama, umat KAPal, bukanlah impian kosong bila mana Gereja KAPal (umat dan hierarki) bersatu padu, saling mendukung dan berperan serta dalam mewujudkannya.
Bertolak dari amanat Sinode II KAPal di atas, maka dalam Masa Adven tahun 2011 ini, kita bersama diajak untuk menggeluti tema “kemandirian” itu. Tema lengkapnya adalah “Mewujudkan KAPal sebagai Persekutuan Murid-murid Kristus yang Mandiri.” Melalui permenungan tema ini kita diajak untuk menyadari kharisma-kharisma yang ada dalam diri kita masing-masing berkat rahmat baptisan yang kita terima. Kemudian kita diajak untuk mewujudkan kemandirian itu dalam bidang tenaga pastoral, finansial dan bagaimana harapan Bapa Uskup terhadap keuskupan ini.
Dalam mewujudkan kemandirian Gereja, pertama-tama kita diajak untuk menyadari panggilan kita bersama berkat sakramen baptis. Selain diangkat sebagai anggota umat Allah, berkat baptisan kita disatukan sebagai anggota Gereja. Maka suka-duka Gereja adalah suka-duka kita bersama para anggotanya. Setiap anggota Gereja dipanggil untuk turut ambil bagian dan berperan serta dalam langkah pembaharuan dan perwujudan iman yang manndiri secara terus menerus.
Berkat pembaptisan pula setiap orang menerima kurnia secara khusus dan sesuai dengan kemampuan masing-masing berkat curahan Roh Kudus. Oleh karena itu setiap orang juga dipanggil untuk mewujudkan dan menggunakan kurnia itu dalam karya pelayanan Gereja yang mandiri dan bertanggung-jawab. Umat yang mandiri adalah umat yang berani dan mempercayakan karya Roh Kudus dalam dirinya untuk saling melayani dan melengkapi. ”Daripada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagian-nya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan memba-ngun dirinya dalam kasih.”( Ef 4: 16).
Kharisma berasal dari bahasa Yunani, kharis / kharismata yakni tindakan anugerah Allah. Dalam Kitab Suci kharisma diterjemahkan sebagai “karunia.” Kharisma atau karunia merupakan anugerah Allah kepada manusia berupa keselamatan dan pengampunan, juga kemampuan tertentu bagi pelayanan jemaat dan talenta alamiah yang ada dalam diri manusia. Kharisma bukan diperoleh karena jasa manusia, melainkan murni anugerah dan kemurahan Allah bagi manusia. Maka sudah selayaknya jika kharisma / karunia itu dipergunakan demi kemuliaan Allah dan pelayanan bagi sesama.
Marilah dalam minggu Adven I ini kita menyadari kharisma manakah yang secara khas saya miliki dan berguna bagi pelayanan jemaat / Gereja? Bersediakah saya mempergu-nakannya demi terwujudnya Gereja KAPal yang mandiri? Bagaimana caranya? **** ...Bersambung......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.